PERTEMUAN PERTAMA KAMI DENGAN BHAGAWAN SRI SATHYA SAI BABA


 

Istri saya dan saya pertama kali mendengar tentang Baba pada tahun 1968. Kisah tentang Beliau diceritakan oleh salah seorang teman saya. Ia mendengarnya dari seorang wanita yang pernah berkunjung ke India. Wanita itu membawa pulang abu suci (vibhuti) dan sebuah cincin indah yang diciptakan Baba serta dihadiahkan kepadanya. Selain itu, ia mempunyai berbagai kisah yang sangat menarik dan mengagumkan. Salah satu ucapannya yang istimewa telah meresap di lubuk hati dan menggelitik rasa ingin tahu saya. Wanita itu mengatakan bahwa ia merasa mengalami perubahan sifat dan watak pada waktu bersama dengan Baba, dan perubahan itu tetap berlangsung walaupun ia telah pulang ke rumah. Pernyataan ini mempunyai pengaruh yang kuat di dalam hati saya. Mungkinkah ada manusia, adakah seorang manusia yang hidup sekarang ini, yang kepribadiannya demikian halus, kuat, misterius, dan demikian suci, sehingga Beliau dapat mengubah hati manusia?

Jika memang benar ada orang semacam itu hidup di dunia dewasa ini, maka tiada apa pun lainnya dalam kehidupan ini yang dapat menyamai keinginan saya yang sangat kuat untuk mencarinya. Semoga dengan karunia dan kebaikan Beliau, Beliau dapat menyentuh hati saya yang gersang dan membuatnya hidup serta bersemangat lagi.

Istri saya dan saya mendengar kisah tentang Baba pada hari Senin, dan dalam minggu itu juga kami berangkat dengan pesawat terbang ke India. Saya tidak bermaksud menyatakan bahwa keyakinan saya sama kuatnya dengan hasrat yang menggelora di hati saya. Keraguan  intelektual  saya  yang cukup kuat  selama  berada dalam perjalanan, langsung lenyap bahkan pada pertemuan yang pertama dengan Baba. Di hadapan Beliau, rasa sangsi itu bagaikan genangan air yang sangat dangkal di bawah terik matahari, keraguan itu lenyap dalam sekejap.

Tiada apa pun yang dilakukan dalam tradisi Barat untuk mempersiapkan seseorang guna pertemuannya yang pertama dengan Baba. Beliau datang ke kamar yang dihuni kelompok kecil pengunjung dari manca negara, duduk di lantai bersama kami, dan mempersilakan kami mengajukan keraguan spiritual kami. Kami lihat Beliau di hadapan kami sebagai seseorang yang berkulit coklat, berperawakan kecil, dengan rambut lebat berwarna coklat paling tua, dan aura emas mengelilingi wajah Beliau. Tentu saja ketika bertemu dengan makhluk luar biasa ini— yang telah kami dengar kisah-Nya yang aneh—kami berusaha mencermati Beliau sebaik mungkin. Seluruh panca indra kami siaga. Pikiran dan akal budi kami cenderung waspada. Kami perhatikan bahwa Beliau mempunyai roman muka yang peka, cepat mencerminkan perubahan dalam suasana hati dan pikiran. Senyum Beliau ramah dan penuh kasih, seperti seorang anak yang lugu dan penuh kasih sayang. Mata Beliau berwarna coklat tua, lembut, meluluhkan hati, dan bersinar dengan kecerdasan serta humor. Suara Beliau ramah dan lembut bagaikan seorang ibu; kadang-kadang meriah penuh tawa dan kejenakaan seperti seorang teman, dalam kesempatan lain tegas dan serius seperti suara seorang ayah. Gerakan tubuh ketika Beliau duduk, bangkit, dan berjalan ke mana-mana, anggun, mengalir, dan amat ringan. Tangan Beliau sangat ekspresif.

Samar-samar ada bau harum di udara. Kata istri saya, itu wangi bunga yasmin. Namun, Baba tidak menggunakan parfum. Hal ini saya ketahui dari anggota staf-Nya yang dekat dan tidur dalam ruang yang sama. Akan tetapi, di mana pun Beliau berada, bau harum semerbak memenuhi udara.

Jika seseorang tidak tertarik dan gembira ketika pertama kali mendapat kesan tentang Baba, orang itu pasti negatif sekali. Namun, ketika kami duduk di dekat Beliau, dengan cepat kami menyadari bahwa Beliau jauh, amat jauh melebihi seorang lelaki India yang anggun dan sangat menarik. Persepsi kami menjadi semakin dalam, melampaui indra, dan kami menjadi sadar akan keindahan yang halus, total, dan diam-diam memenuhi ruangan. Pikiran kami yang kritis dan penuh pertanyaan menghentikan kegiatannya yang resah, dan kami menghayati aliran kebahagiaan. Segala kesusahan dan kekhawatiran lenyap. Ingatan akan dunia dan aneka masalahnya hilang dari kesadaran. Pada saat itu, hanya keadaan jiwa yang penuh kebahagiaan yang sungguh-sungguh nyata. Walaupun Baba berbicara, kami diliputi keheningan. Dalam keadaan yang damai itu, kesadaran kami menjadi semakin dalam dengan sendirinya. Sekarang, bagaikan angin yang lembut, terasa ada gerakan di dalam hati, penghayatan bahwa ada sesuatu yang hidup dan tidak dikenal. Pada saat itu timbul kesadaran bahwa arus kasih bergerak dalam hati saya yang gersang, kemudian menjadi jelas bahwa sumber aliran kasih tersebut adalah Baba. Bukan. Lebih dari itu. Keramahan Baba sendiri ada di dalamnya, hidup di dalam hati saya.

Bagaimana mungkin Sai Baba, seorang yang belum kami kenal, yang belum  pernah  kami  lihat  sebelumnya,  datang ke dalam hati seorang laki-laki dewasa dan mengubah dari dalam, suatu perubahan yang tidak mungkin kembali lagi? Pasti hanya Tuhanlah satu-satunya orang tak dikenal yang dapat melakukannya.

Kebahagiaan yang datang bersama kehadiran Baba menjadi semakin kuat ketika Beliau menjawab pertanyaan dan berbicara mengenai masalah spiritual. Kedalaman dan kebijaksanaan kata- kata Beliau membawa kebenaran yang menggetarkan sehingga tampaknya kesadaran kami hampir tidak mampu menanggung kebahagiaan tak terhingga yang memenuhi hati dan pikiran kami.  Ketika  laporan  panca  indra  mengatakan  bahwa Baba adalah manusia, tingkat persepsi yang lebih halus tidak puas dengan penjelasan itu. Kesadaran yang lebih dalam hanya mempertajam pertanyaan tersebut.“Siapakah Baba?”Bagaimana mungkin seseorang bisa menyingkap misteri semacam itu dan mengetahui kebenarannya?

Tuhan ada di mana-mana, walaupun demikian, ada ilmuwan yang mengatakan, “Kami telah mencari sampai ke ruang angkasa luar, kami telah mencari-Nya di bulan. Tidak, Ia tidak kami temukan di mana pun. Tuhan itu tidak ada.” Mereka tidak tahu apa yang mereka cari dan di mana, namun dengan lancang mereka menyatakan bahwa Tuhan tidak ditemukan. Apakah Tuhan itu penghuni suatu tubuh atau wujud yang dapat dikenal? Apakah Ia mempunyai tempat tinggal dan pakaian yang secara tradisional adalah milik-Nya? Tuhan adalah segenap ciptaan ini dan lebih (besar) lagi. Beliau ada dalam semua ini dan melampauinya. Beliau adalah penggerak batin sang ilmuwan yang “mengingkari”-Nya! Manusia sendiri adalah (perwujudan) Tuhan; semua zat, bahkan di bulan, diliputi keberadaan Tuhan. Mencari Tuhan dengan peralatan di dalam laboratorium itu seperti berusaha menyembuhkan sakit perut dengan meneteskan obat tetes di mata! Ada teknik dan alat khusus untuk tujuan tersebut. Para ahli dalam pengetahuan spiritual zaman dahulu telah mengembangkan dan membicarakannya. Lengkapi dirimu dengan mata yang tajam tiliknya melalui ketidakterikatan dan kasih. Pertajam kemampuan pertimbanganmu agar engkau tidak berprasangka atau pilih kasih, maka engkau akan dapat melihat Tuhan di dalam dirimu, di sekitarmu, dalam semua yang kauketahui dan rasakan, dalam segala sesuatu.