CHINA KATHA 1


HARTA MANUSIA YANG TIDAK TERNILAI HARGANYA

 

Dikisahkan, bahwa selama perang Kurukshetra yang berlangsung delapan belas hari, perasaan Vyasa terkoyak-koyak oleh sesal yang hebat karena yang bertanding, keduanya adalah keturunannya. Karena itu ia tidak tahan melihat perang saudara yang pembantaian besar-besaran ini.

Suatu hari, dipenuhi rasa sesal yang mendalam, ia cepat-cepat pergi meninggalkan medan yang terendam darah, tempat pembunuhan besar-besaran akan dimulai lagi pada hari berikutnya. Sambil bergegas-gegas, dilihatnya seekor laba-laba berlari tergesa-gesa di atas pasir. "Mengapa tergesa-gesa?! tanya Vyasa. Laba-laba itu berlari melewati jalan, mendaki gundukan sarang semut dan dari tempat yang tinggi itu ia menjawab: "Tidakkah engkau tahu bahwa kereta perang Arjuna akan lewat di jalan ini? Jika aku tergilas rodanya, habislah riwayatku." Vyasa tertawa mendengar jawabnya. Katanya: "Tidak ada mata yang akan basah jika engkau mati! Dunia tidak akan menderita kehilangan jika engkau terbunuh! Laba-laba amat tersinggung mendengar hinaan ini. Ia gemetar karena marahnya dan berteriak: "Begitukah? Engkau pertapa sombong! Pikirmu, akan kehilangan besarkah bagi dunia jika engkau mati, sementara itu aku sama sekali tidak dihiraukan? Aku pun mempunyai istri dan anak-anak yang aku cintai. Aku pun mempunyai rumah dan persediaan makanan. Aku pun melekat pada kehidupan dengan penuh ketabahan seperti kalian. Aku pun merasa lapar, haus, sedih, sakit, bahagia, gembira dan pilunya perpisahan dengan sanak keluarga. Dunia sama berartinya dalam diriku dan bagiku, seperti pada umat manusia serta makhluk lainnya.

Vyasa tertunduk dan pergi diam-diam, sambil menggumamkan baik: Saamaanyam ethath pasubhir naraani. Bagi manusia dan binatang buas, serangga dan cacing, hal-hal tersebut sama. Tetapi ia berkata pada dirinya sendiri: "Keinginan tahu akan yang mutlak, kerinduan pada keindahan, kebenaran dan kebaikan, kesadaran akan dasar persatuan, tanda-tanda kebijaksanaan ini adalah harta manusia yang tidak ternilai," dan Vyasa pun melanjutkan perjalanannya.