Apakah Tuhan menolong pada waktu kita membutuhkan bantuan? Selama ini salah satu pepatah Bhagawan Sri Sathya Sai Baba yang paling sederhana, tetapi sangat mendalam yaitu, “Mengapa takut bila Aku di sini?” Pernyataan ini menanamkan rasa percaya diri yang lebih besar dalam diri para bakta.

Berkali-kali para bakta di seluruh dunia telah mengalami keampuhan jaminan ini sehingga dapat mengatasi berbagai keadaan yang sulit. Beliau selalu siap memberikan tanggapan. Syaratnya hanyalah kira perlu berpaling kepada Beliau. Demikian tulis John Grimes ketika menuturkan pengalamannya dengan Bhagawan.

 

MASUK KE TEMPAT IBADAH

Ini adalah kisah tentang misteri dan mukjizat Bhagawan. Saya seorang pemuda Amerika yang kuliah di Universitas Madras ( sekarang namanya sudah diganti Chennai ). Beberapa hari yang lalu saya pergi ke Tempat Ibadah Kalapiishwarar dalam kota Madras bersama seorang teman sekelas. Setelah kami melewati gerbang besar di dinding luar tempat ibadah, perhatian kami tertarik pada berbagai papan pengumuman yang bertuliskan, “Yang bukan Hindu tidak diizinkan ( masuk )” Saya sudah mendengar tentang papan pengumuman semacam itu, tetapi selama beberapa tahun berada di India, saya belum pernah menjumpainya. Saya beri tahu teman saya agar masuk dan saya akan menunggu di luar.

Tidak lama kemudian, seorang bapak tua menemui saya. Ia berkata, “Jangan sakit hati atau berpikiran buruk tentang orang-orang ini. Ini hanya kebiasaan di sini.” Dengan diam saya berusaha supaya tidak merasa jengkel, sementara itu bapak tersebut berjalan pergi. Saya mulai berbicara kepada Baba di dalam hati, “Apakah kebiasaan ini akan berlaku selamanya?  walaupun saya sudah datang untuk mendapatkan darshan Swami, saya dilarang masuk. Bukankah Tuhan itu milik setiap orang?”

Sementara saya berbicara dengan Swami dalam hati, seorang bapak sepuh yang lain lagi datang kepada saya dan berkata, “Mari.” Rasa harga diri saya timbul dan saya tetap berdiri di tempat semula. Ia mengulang dua kali lagi, “Ayoh.” Karena itu, saya mengikutinya masuk. Sementara kami mulai berjalan mengelilingi bagian yang paling suci di tempat ibadah itu, bapak sepuh tersebut menggerakkan tangannya dan tangannya lalu penuh vibhuti. Ia mengoleskannya di seluruh dahi saya. Setelah itu, ia mengulurkan tangan ke arah ukiran Dewi yang dipahatkan di dinding batu, mengambil sedikit kumkum ( serbuk merah ) dan mengenakannya juga di dahi saya. Kami terus berjalan berkeliling, dan ketika tiba di dekat Kapaliishwarar, bapak sepuh itu berkata, “Lihatlah.” Saya menatap lingga ( di tempat suci ) itu sepuas hati saya. Kemudian, ia memandu saya ke ( patung ) permaisuri Kapaliishwarar untuk mendapatkan darshan-Nya. Setelah itu ia berkata, “Sekarang pergilah.”

Keesokan harinya saya pergi ke Puttaparti. Inilah misterinya. Baba bertanya apakah saya telah menikmati darshan ( Kialapiishwarar )! Beberapa orang menyebut kejadian ini, ketika Beliau melampaui ruang dan waktu, sebagai mukjizat. Akan tetapi, saya beranggapan, mukjizat yang sejati terletak pada kepedulian dan perhatian Beliau yang tak terhingga. Begitu saya berpaling kepada Beliau, Beliau ada di situ, siap menanggapi dengan welas asih. Bagi saya, tindakan kecil dan sederhana ini memperlihatkan mukjizat Beliau yang terbesar yaitu kasih Beliau.

 

Dari: Sanathana Sarathi, Mei 1979.

Kiriman: T. Retno Buntoro.