MEMILIH SAPI DI BANGALORE


Pada suatu pagi ketika Konferensi Organisasi Sai Sedunia yang kedua sedang direncanakan, Baba mengajak kami bertiga pergi ke Bangalore semobil dengan Beliau. Kami akan pergi memeriksa suatu tempat untuk konferensi  yang  disarankan  oleh seorang anggota yayasan pusat (Central Trust). Menurut rekomendasi mereka, Bangalore adalah tempat yang lebih cocok untuk konferensi daripada tempat lain seperti Chennai, Mumbai, atau Prashānti Nilayam. Tempat yang disarankan di Bangalore adalah sebidang tanah seperti taman luas di sebelah Timur perbatasan kota, dan di situ juga ada beberapa bangunan yang cocok untuk pertemuan besar.

Tempat konferensi yang disarankan diperiksa. Baba mem- perhatikan segala sesuatunya, tetapi tidak memberikan komentar yang pasti. Setelah meninggalkan kawasan tersebut, kami pergi ke rumah seorang bakta Beliau. Baba sudah menerima undangan untuk makan siang di situ. Makan siang bersama Swami di rumah bakta Beliau merupakan kesempatan mulia yang akan selalu dikenang dan menjadi hal yang sangat penting dalam tradisi keluarga. Biasanya beberapa teman dekat diundang oleh tuan rumah, dan mereka merasa bukan main senangnya. Teman dan kenalan yang lain sangat kecewa, tetapi jelas tuan rumah tidak mungkin menyetujui semua permintaan. Wajarlah bila nyonya rumah amat tergetar hatinya dan mereka sibuk sekali melakukan persiapan.

Setelah Baba disambut secara tepat menurut upacara, biasanya Beliau pergi ke ruang keluarga untuk bercakap-cakap secara akrab dengan ibu, anak-anak, dan keluarga dekat. Para bakta yang mengiringi Swami dalam kunjungan tersebut duduk di ruang tamu dan bercakap-cakap perlahan-lahan. Tak lama kemudian Baba dan anggota keluarga bergabung dengan para tamu lain, lalu makan siang pun segera dihidangkan. Baba duduk di meja kecil, dilayani oleh nyonya rumah; sedangkan para tamu duduk di lantai dilayani oleh anggota keluarga.

Setelah makan siang, Baba asyik bercakap-cakap dengan para tamu, kemudian Beliau berbicara lagi secara terpisah dengan keluarga. Sejak kami tiba di rumah itu, mungkin dua jam telah berlalu. Keluarga pengundang mengucapkan selamat jalan, lalu kami kembali ke mobil lagi.

Tujuan berikutnya yang kemudian kami ketahui adalah sebuah rumah besar di pinggir kota. Saya tidak tahu untuk  apa Baba pergi ke sana. Saya dapat melihat bahwa rumah itu mempunyai halaman yang dikelilingi tembok, dan di pelataran tersebut ada banyak sapi. Ada beberapa mobil diparkir di jalan, dan mobil kami harus berhenti agak jauh. Baba keluar dari mobil dan berjalan ke rumah itu. Saya bertanya kepada salah seorang peserta dalam rombongan kami, apa yang terjadi. Jawabnya, pemilik rumah tersebut adalah penjual sapi, dan Swami bermaksud membeli sapi perah kualitas unggul untuk ditambahkan di peternakan sapi penghasil susu baik di Brindāvan maupun di Prashānti Nilayam. Namun, begitu Baba meninggalkan mobil, orang-orang mulai berlarian dari segala penjuru ke arah Beliau. Dengan tenang Beliau kembali ke mobil dan kami pun pergi. Meskipun demikian, kami bukannya pergi, tetapi mengendarai mobil perlahan-lahan memutari rumah itu. Ketika kami melewati gerbang, Baba memandang sekilas ke halaman rumah itu, kemudian kami kembali ke Brindavan.

Saya bertanya apakah Baba akan kembali lagi pada hari lain untuk memilih sapi perah. Jawaban untuk pertanyaan saya yaitu, Beliau sudah memilih sapi betina yang terbaik. “Bagaimana mungkin?” tanya saya, “Beliau bahkan tidak pergi ke gerbang, apa lagi memeriksa sapi perah.”

“Pandangan sekilas sudah cukup,” jawab informan saya, “Swami sudah memilih sapi perah yang terbaik. Pemiliknya akan mengirim hewan itu ke Brindavan.”