Nilai : Dharma/Kebajikan
Sub Nilai : Kebaikan
Tujuan : untuk merangsang anak-anak untuk berpikir tentang pentingnya kebaikan dan apa yang kita rasakan saat orang lain tidak baik pada kita.
Usia :

6 – 12 tahun

 

Metode Pengajaran :  
Duduk hening : Meditasi cahaya
Doa : Gayatri Mantra


Cerita – Enam Topi untuk Patung-patung
Pada zaman dahulu kala di sebuah desa di atas bukit di Jepang tinggallah seorang lelaki dan istrinya. Mereka adalah orang yang baik dan berbudi. Mata pencarian mereka satu-satunya adalah membuat topi jerami untuk melindungi diri dari sengatan matahari dan hujan. Mereka sangat miskin karena mereka tidak mampu menghasilkan cukup uang dengan menjual topi karena tidak banyak yang membeli. Ketika itu musim dingin dan menjelang Tahun Baru. Cuaca sangat dingin dan salju turun setiap hari. Sehari sebelum malam Tahun Baru, pasangan tua itu menyadari bahwa mereka tidak mempunyai beras, sayuran segar ataupun persediaan makanan untuk merayakan Tahun Baru. Lalu sang suami mengatakan pada istrinya bahwa ia akan pergi ke desa dan menjual lima topi baru yang telah mereka buat untuk membeli perbekalan untuk merayakan Tahun
Baru. Sayangnya saat ia tiba di desa, ia melihat semua orang sibuk dengan persiapan mereka masing-masing dan tidak seorangpun yang tertarik untuk membeli topi yang dibawanya. Karena kecewa dan lelah ia memutuskan untuk mengambil jalan pintas pulang. Di jalan ini ia harus melalui pekarangan sebuah kuil. Saat melalui pekarangan itu, ia melihat ada enam buah patung di halaman terbuka yang terpapar dingin dan hujan salju terus-menerus. Hatinya yang baik tersentuh melihat pemandangan ini dan ia putuskan untuk melakukan yang terbaik
untuk membahagiakan mereka. Ia berjalan ke arah patung-patung itu dan memasangkan topi jerami yang dibawanya di kepala mereka. Karena ia hanya puya lima topi ia menyadari ia perlu satu lagi. Maka ia melepas topinya sendiri dan memasangkannya pada patung keenam. Merasa sangat girang ia pulang ke rumah. Setibanya di rumah, ia menceritakan semua yang terjadi kepada istrinya. Sang istri pun sangat bahagia mendengar kisah kebaikan sang suami. Pasangan tua itu kemudian makan malam dan pergi tidur karena hari sudah larut malam. Pagi berikutnya, pasangan itu terbangun karena mendengar suara di bawah jendela
menyanyikan:

“Di manakah rumah orang tua yang baik budi–
Orang tua baik hati yang melindungi kepala kami?
Di manakah rumah orang tua yang baik budi–
Yang memberikan enam buah topi untuk melindungi kepala kami?”
Pasangan tua itu mengintip ke luar jendela. Menurutmu apa yang mereka lihat? Mereka
melihat enam buah patung berjalan melintasi salju, sambil menarik karung besar di belakang
mereka. Begitu mereka sampai di pintu pondok, mereka meninggalkan karung itu di depan
pintu dan berputar balik dan pergi.
Lelaki tua dan istrinya terperanjat. Sebelum mereka sempat berterima kasih kepada patungpatung itu, mereka sudah lenyap. Pasangan tua itu lari menuju pintu dan membawa karung
itu masuk. Saat membukanya, mereka tertegun penuh suka cita. Karung itu penuh dengan
beras, perbekalan, sayuran segar, kue-kue, dan benda-benda lain, termasuk batubara untuk
perapian.

 

Cerita - Parade di luar jendela

Dua orang lelaki, keduanya sakit parah, menempati ruangan yang sama di sebuah rumah sakit. Lelaki yang pertama boleh duduk di tempat tidurnya selama satu jam tiap sore untuk membantu mengalirkan cairan dari paru-parunya. Tempat tidurnya berada di sebelah jendela yang merupakan satu-satunya di ruangan itu. Lelaki yang lain harus tiduran sepanjang hari. Kedua lelaki ini bercakap-cakap berjam-jam tanpa henti. Mereka berbicara tentang istri dan keluarga mereka, rumah mereka, pekerjaan mereka, keikutsertaan mereka dalam dinas militer, ke mana mereka pergi berlibur. Dan setiap sore lelaki yang tempat tidurnya di sebelah jendela bisa duduk, ia selalu melewatkan waktunya dengan menceritakan kepada teman sekamarnya tentang apa yang ia lihat di luar sana. Lelaki di tempat tidur yang lain mulai menantikan satu jam itu di mana ia merasa hidup oleh semua kegiatan dan warna-warni dunia luar. Jendela itu menghadap ke sebuah taman dengan danau yang indah. Bebek dan angsa bermain-main di air dan anak-anak meluncurkan kapal mainan mereka. Pepohonan besar makin membuat pemandangan alam kian anggun, dan pemandangan cakrawala kota yang elok dapat terlihat di kejauhan. Saat lelaki di samping jendela melukiskan semuanya secara rinci lelaki yang berada di sisi lain ruangan itu menutup matanya dan membayangkan pemandangan nan elok itu. Suatu sore yang hangat lelaki di sebelah jendela melukiskan sebuah parade yang lewat. Walaupun lelaki yang satunya tidak dapat mendengar suara band, ia dapat melihatnya dalam bayangannya saat lelaki di sebelah jendela melukiskannya dengan kata-kata yang indah. Hari dan minggu berlalu. Suatu pagi, ketika perawat datang untuk membawakan air untuk mandi, ia menemukan raga tak bernyawa dari lelaki di samping jendela, yang telah meninggal dengan damai dalam tidurnya. Ia sangat sedih dan memanggil petugas rumah sakit untuk membawa jasadnya.

Ketika saatnya tepat, lelaki satunya meminta untuk dipindahkan ke sebelah jendela. Perawat dengan senang hati memindahkannya, dan setelah memastikan lelaki itu sudah nyaman, perawat itu meninggalkannya. Perlahan, dengan penuh kesakitan, ia memaksakan dirinya untuk bangun dan bertumpu pada sikunya untuk melihat keluar jendela untuk pertama kalinya. Akhirnya ia akan menikmati pemandangan di luar. Ia meregang untuk perlahan menoleh ke luar jendela di samping tempat tidurnya. Jendela itu menghadap ke dinding kosong. Lelaki itu bertanya pada perawat apa yang membuat teman sekamarnya yang telah meninggal bisa melukiskan hal-hal yang indah di luar sana. Perawat itu menjawab bahwa lelaki itu buta dan bahkan tidak dapat melihat dinding di luar. Menurutnya, “Mungkin ia hanya ingin menyemangati anda.” Moral: Merupakan kebahagiaan tiada tara jika kita dapat membuat orang lain bahagia, bagaimanapun keadaan kita. Berbagi kesedihan adalah setengah kedukaan, tetapi kebahagiaan, jika dibagi, akan berlipat ganda. Jika kamu ingin merasa kaya, tinggal hitung semua hal yang kamu punya yang tak terbeli dengan uang.

 

Cerita - Perlombaan Olimpiade

Beberapa tahun yang lalu, pada acara Olimpiade Spesial di Seattle, sembilan orang kontestan, yang semuanya cacat fisik atau mental, berkumpul di garis start untuk lomba lari 100-yard. Ketika pistol telah ditembakkan sebagai tanda dimulainya lomba, mereka semua mulai, bukan lari cepat tepatnya, tetapi dengan penuh semangat untuk lari mencapai garis finish dan memenangkan perlombaan. Semuanya, kecuali seorang anak laki-laki yang tersandung di aspal, terjungkir balik beberapa kali, dan menangis. Delapan peserta yang lain mendengar tangisan anak itu. Mereka melambat dan menoleh ke belakang. Lalu mereka semua kembali .....semuanya. Seorang gadis kecil yang memiliki Down's syndrome membungkuk dan menciumnya lalu berkata, "Ini akan membuatmu merasa lebih baik." Kemudian sembilan peserta bergandengan tangan dan berjalan bersama menuju garis finish. Semua orang di stadion berdiri, dan sorak sorai terdengar selama beberapa menit. Penonton yang hadir di sana masih tetap menceritakan cerita ini. Mengapa? Karena di lubuk hati yang paling dalam kita mengetahuinya: Hal yang lebih penting di dalam hidup ini lebih dari sekedar menang untuk diri kita sendiri. Yang penting di dalam hidup ini adalah membantu sesama untuk menang, walaupun itu berarti memperlambat dan mengubah haluan. Kita bukan Manusia yang sedang melalui Pengalaman Spiritual sementara. Kita adalah Makhluk Spiritual yang melalui Pengalaman Kemanusiaan sementara. Moral: Salah satu hal tersulit untuk dibagikan adalah kebaikan, namun biasanya itu akan kembali padamu, seperti yang dapat kamu lihat di dalam cerita Kebaikan berikut ini.

Suatu hari, seorang anak laki-laki miskin yang sedang menjajakan barang dagangan dari pintu ke pintu untuk membayar biaya sekolahnya, mengetahui bahwa ia hanya memiliki sangat sedikit uang, dan ia kelaparan. Diputuskannya untuk meminta makanan di rumah berikut. Namun, ia tidak berani ketika seorang gadis muda membuka pintu. Sebagai gantinya ia meminta air minum. Gadis muda itu berpikir anak itu kelihatan lapar maka ia membawakan segelas besar susu. Anak itu meminumnya perlahan, kemudian bertanya, "Berapa saya harus bayar?" "Kamu tidak perlu membayar," jawab sang gadis. "Ibuku mengajarkan kami untuk tidak menerima bayaran untuk kebaikan." Anak itu berkata... "Kalau begitu terima kasih dari lubuk hatiku yang terdalam." Saat Howard Kelly meninggalkan rumah itu, ia merasa tidak hanya kuat secara fisik, tetapi juga keimanan pada Tuhan dan sesama manusia. Ia siap untuk pasrah dan berhenti. Bertahun kemudian gadis muda itu sakit parah. Semua dokter di sana bingung. Lalu mereka mengirimnya ke kota besar, dan mereka menghubungi dokter spesialis untuk mempelajari penyakitnya yang langka. Dr. Howard Kelly dihubungi untuk konsultasi. Saat ia mendengar nama kota asal gadis itu, pancaran sinar aneh terpancar di matanya. Segera ia berdiri dan turun ke koridor rumah sakit menuju ke kamar gadis itu. Dengan memakai jubah dokter ia datang menemui gadis itu. Ia pun segera mengenalinya. Lalu ia kembali ke ruang konsultasi dan bertekad untuk berusaha sekuat tenaganya untuk menyelamatkan gadis itu. Sejak itu ia memberikan perhatian khusus pada kasus itu. Setelah melalui perjuangan yang panjang, ia berhasil. Dr. Howard Kelly meminta bagian administrasi untuk mengirimkan tagihan kepadanya untuk disetujui. Ia melihatnya, dan kemudian menuliskan sesuatu di pinggir kertas tagihan itu lalu dikirimkan ke ruangan gadis itu. Gadis itu takut membukanya, karena ia yakin akan butuh seumur hidup untuk membayarnya. Akhirnya, ia membacanya, dan sesuatu menarik perhatiannya di pinggir kertas tagihan tersebut saat ia baca kata-kata ini..... "Lunas dengan segelas susu " Tangis bahagia menggenangi matanya saat ia berdoa: "Terima Kasih, TUHAN, KasihMu telah menyebar ke penjuru bumi melalui hati dan tangan manusia." Moral: Ketika bunga mekar, pertama warna dan baunya menyentuh taman di dekatnya, lalu kemudian menyebar. Dengan cara yang sama, perbuatan baik umat Muslim harus awalnya menyentuh orang-orang di sekitarnya, yaitu keluarga dan tetangga.


Aktivitas/Permainan
Anak-anak menuliskan beberapa contoh perbuatan baik yang telah mereka lakukan dan
bagaimana perasaan mereka setelah mereka melakukan kebaikan

Lagu – Start the day with love
Start the day with love
Fill the day with love
End the day with love sweet love
That is the way to live


Mulailah hari dengan kasih
Mulailah hari dengan kasih
Isilah hari dengan kasih
Akhiri hari dengan kasih, kasih
Itulah jalan Tuhan