Tanggal 27 September 2011 saya berkunjung ke SD karena salah satu teman saya menceritakan kisah menakjubkan yang diberitahukan oleh putranya, murid  kelas empat S.D.  Kami masuk ke halaman dan teman saya minta agar  dapat menemui putranya.

Waktu itu murid-murid S.D. baru akan mulai berlatih untuk acara Pertemuan Olah Raga dan Kebudayaan Tahunan yang diselenggarakan setiap tanggal 11 Januari. Mereka berbondong-bondong pergi ke halaman. Dalam hiruk-pikuk inilah teman saya melihat K, putranya. K datang menemui kami dan ia senang melihat saya. Saya mendudukkannya di sebelah saya, lalu mulai mewawancarainya.

Dr. Sara Pavan: "Ceritakan kepada Paman, apa yang terjadi hari Jumat yang lalu."

K: "Swami datang ke asrama."

Dr. S.P.: "Tidak begitu! Ceritakan kepada Paman, apa yang terjadi?"

K : "Waktu itu tengah malam, tidak ada listrik. ( Belakangan ini sering ada pemadaman ). Karena itu, saya jadi takut. Saya ingin pergi ke kamar kecil. Kemudian Swami datang."

Dr. S.P.: "Beliau datangnya bagaimana?"

K: "Muncul begitu saja. Beliau ada di situ dan memakai jubah putih. Beliau memegang tangan saya."

Dr. S.P.: "Tangan yang mana?"

K.: "Tangan ini ( memperlihatkan tangan kanannya ). Pada waktu itu tangan saya ada benjolannya, lalu besoknya benjolan itu hilang."

Dr. S.P.: "Apa benjolan itu sakit? Benjolan apa?"

K: "Saya tidak tahu. Tidak sakit. Lalu Beliau bernyanyi, “Mengapa takut bila Aku di sini,” ( lagu, “Why fear when I am here”  )."

Dr. S.P.: "Tahukah engkau lagu itu?"

K.: "Hanya sedikit. Tapi Swami menyanyikan seluruh lagu. Swami menggandeng tangan saya dan kami berjalan ke kamar kecil. Ketika kami melewati gudang tempat menyimpan bahan makanan, lampu menyala, lalu Swami pergi."

Dr.S.P.: "Beliau perginya bagaimana?"

K.: "Seperti kilat. Cepat sekali."

Dr.S.P.: "Hey K! Engkau tahu Swami sudah mahasamadhi. Bagaimana perasaanmu ketika melihat Beliau?"

K: "Tadinya saya heran. Tetapi waktu itu saya takut gelap dan ingin pergi ke kamar kecil. Karena itu, saya merasa senang ketika melihat Swami. Sekarang saya tidak heran."

Dr. S.P.: "Mengapa?"

K.: "Karena Swami datang setiap hari."

Dr. S.P.: "Setiap hari? Apakah kemarin Beliau datang?"

K.: "Ya. Teman saya R, lututnya luka. Swami datang pada malam hari, menepuk kepalanya, dan membuatnya tertidur."

Dr. S.P.: "Apakah R juga melihat Swami?"

K.: "Ya."

Dr. S.P.: "Jadi, hanya R dan engkau yang melihat Swami setiap hari?"

K.: "Tidak. Pada hari Minggu malam, kami semua sedang duduk di kelas. Lampu mati lagi. Karena itu, Bu Guru pergi ke luar untuk memeriksa. Hanya ada satu cahaya, ada pelita di altar. Karena kami semua ketakutan, Swami datang dan berdiri di kelas. Beliau ada di situ sampai Bu Guru datang."

Dr. S.P.: "Siapa yang melihat Beliau?"

K.:  "Seluruh kelas."

Dr. S.P.: "Apakah engkau memberi tahu para guru dan Ibu Kepala Sekolah?"

K.: "Ya."

Dr. S.P.:  "Apa yang mereka katakan?"

K.: "Mereka berkata, “Indah sekali.”

Dr. S.P.: "Swami berdirinya bagaimana?" ( K bangkit berdiri dan menirukan sikap Swami untuk memperlihatkannya kepada saya. Swami memberikan berkat dengan tangan kanan, dan tangan kiri Beliau menunjuk ke kaki Beliau. Tepatnya, inilah sikap berdiri Sri Venkateswara, Penguasa Tirupati ).

Setelah itu K berlari untuk bergabung dengan teman-temannya mengikuti latihan. Saya menuliskan percakapan kami seperti yang saya dengar. Saya takjub. Lagi pula K menceritakan seluruh peristiwa itu secara sederhana, seperti menuturkan suatu kejadian yang dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Tidak ada yang dibesar-besarkan atau disampaikan dengan istilah-istilah yang hebat. Saya benar-benar terpana.

Di dalam hati saya senang sekali. Saya ingat Yesus berkata, “Biarkan anak-anak kecil datang kepada-Ku. Jangan menghalangi mereka, karena untuk merekalah kerajaan surga.” Di sini, Bhagawan datang kepada anak-anak. Saya ingat, beberapa hari yang lalu saya bermimpi. Dalam mimpi itu Swami memberi tahu saya betapa anak-anak kecil di S.D. membuat Beliau bahagia. Bahkan setelah mimpi itu pun, saya tetap merasa tergetar mendengar cerita anak laki-laki kecil ini. Pasti anak-anak ini telah membuat Beliau benar-benar bahagia.

Beberapa hari yang lalu, teman saya bercerita tentang K lagi dan hal ini juga dibenarkan oleh Kepala Sekolah SD. K menderita asma. Beberapa malam yang lalu, setelah tiba waktu untuk tidur, napasnya mengi. Ia mempunyai obat semprot dan obat-obat lain, tetapi semuanya disimpan oleh pengurus asrama. Sebelum anak ini pergi untuk minta tolong, Swami muncul secara fisik, membawa obat semprot, dan memberi tahu anak itu agar menyemprotkannya dua kali. Setelah itu, gangguan pernapasannya lenyap. Anak-anak ini sungguh terberkati.

 

Oleh: Dr. Sara Pavan

Sumber: Dari internet.

Kiriman: T. Retno Buntoro